Catatan kecil si greentee

Sabtu, 29 Juni 2013

Tuhan, ijinkan aku mencurahkan perasaanku....

Imaging around me...
There were a lot of people with their own love. with their own world and thing to be liked.


Langit itu kian berarak mengikuti angin yang bertubrukan di angkasa sana. Antara hawa panas dan dingin. Tak bisa dengan mudahnya ditoleransi oleh sederhananya pintalan pemikiran.
Jika aku adalah ranting dari pohon yang paling tinggi... akulah yang akan pertama kali terkena sambaran guntur yang membelah bumi.
Di sini akan kucurahkan, sesuatu hal yang teramat menyesak di hati...
tak ada harap apapun atas tulisan ini, dan aku jujur ketika menulisnya. Tak ada kepura-puraan. Asa yang sudah terlalu lamanya sampai hilang ditelan waktu.
Dan aku berjanji, there no tears when I am writing this.

hanya sebuah kata sederhana yang mudah sekali diucapkan tanpa gentar oleh mulut setiap orang, CINTA.
sebuah kata yang begitu mudah meluncur dari mulut orang-orang, SAYANG.
Cinta dan sayang memadukan sebuah symphony yang sangat anggun dan menawan hati siapa saja yang merasakannya.
Percayakah kamu, ada orang yang belum mengenal atau merasakannya?
Jiwa yang berdesir, debar-debar yang sangat syahdu mewarnai kertas putih kehidupan karena luapan rasa sayang, perhatian dari banyak orang, perhatian dari saudara-saudara, teman, lawan jenis...
Apalagi cinta yang satu ini...
Untaian rasa sayang yang terus disulam oleh dua insan yang dilahirkan berbeda jenis, sangat suci, menyeruak mengharum sampai ke sekitarnya. Mudah didefinisikan dan dirasakan. Juga oleh penulis. sampai berhalaman-halaman cerita cinta penulis bisa torehkan dalam layar monitor.

Sebegitu berdebu-kah diri ini hingga tak ada sentuhan-sentuhan itu?
Jangan sampai aku berburuk sangka padaMu Tuhan... Sudah terlalu banyak kesalahan yang kulakukan padaMu sampai tak bisa akal yang terbatas ini mengingatnya.
Pikiran ini terus berputar liar bagai bola yang menggelinding di tengah luncuran es yang membeku. dan tak bisa memecahkannya sama sekali. Segala sesuatu telah dan mutlak menjadi rahasiaNya.
Namun, tak salah kan jika penulis mempertanyakan semua ini?
Perasaan halus, suci, itu? kapankah bisa menyentuh dasar hati yang rapuh ini? apakah sebegitu rapuhnya sampai penulis belum berhak memilikinya?